Mewaspadai Rapuhnya Iman Yang Melahirkan Problem Bunuh Diri Pada Generasi

Gambar hanya ilustrasi (@x)
Oleh Yayat Rohayati*
Mengutip dari Brainly, generasi merupakan sekelompok orang atau kaum muda yang memiliki kesamaan tahun lahir, dan hidup dalam waktu yang bersamaan atau telah dianggap kolektif.
Pengertian generasi muda erat hubungannya dengan generasi muda sebagai generasi penerus. Sebab, kelompok kaum muda ini diwarisi cita-cita, hak dan juga kewajiban.
Selain cita-cita atas dirinya, generasi muda juga harus memiliki cita-cita mewujudkan bangsa yang maju. Disinilah dibutuhkan generasi-generasi handal dan berkualitas.
Namun sangat disayangkan, generasi hari ini dihadapkan dengan berbagai problem yang menjauhkan peran utama mereka dalam kemajuan sebuah bangsa.
Problem tersebut diantaranya masifnya bunuh diri, pergaulan bebas, narkoba, tawuran, bullying dan masih banyak lagi problem generasi lainnya.
Kabar miris terbaru datang dari kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Seorang anak SD berusia 10 tahun ditemukan tak bernyawa dengan cara gantung diri di kamar. Meninggalnya bocah 10 tahun tersebut diduga kecewa karena handphone disita orangtuanya (Kompas.com, 24 November 2023) .
Lainnya di Jawa Timur, ditemukan siswa bunuh diri dengan menggantung diri di kamarnya. Motif bunuh dirinya adalah depresi. Siswa tersebut kerap dibully karena tak memiliki seorang ayah (Kompasiana.com, 20 Oktober 2023).
Sebenarnya apa sih penyebab generasi hari ini mudah banget menyelesaikan masalah dengan jalan bunuh diri?
Yang pertama adalah tidak terdeteksinya ketahanan mental. Ketahanan mental yang tipis berasal dari rapuhnya atau ketiadaan penanaman iman dalam dirinya. Sehingga kalau dibiarkan maka generasi ini akan mudah depresi.
Kedua, cara pandang barat yang telah menghujam pada diri generasi yakni pemisahan antara agama dan kehidupan (sekularisme).
Paham ini telah berhasil membuat generasi lupa akan jatidirinya.
Sedari lahir sampai jenjang pendidikan mereka terus ditanamkan nilai-nilai kehidupan yang sekuler.
Bahkan sebuah keluarga pun dibina dalam bingkai sekularisme. Karena cara pandang materi adalah tujuan utama, banyak ayah dan ibu sibuk bekerja. Sehingga banyak anak yang kurang perhatian. Mereka dititip sama orang lain dengan difasilitasi gadget. Alhasil, dari tontonan gadget itu mereka jadikan tuntutan dalam hidup.
Berbicara masalah agama, hanya ada pada ranah ibadah saja. Tidak boleh membawa agama dalam ranah kehidupan seperti: pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan pemerintahan.
Di sekolah-sekolah pun pendidikan agama hanya diberikan dua jam dalam sepekan. Pendidikan agama bukan prioritas utama, akibatnya banyak anak yang tidak tahu mana yang boleh dilakukan, dan mana yang dilarang oleh agama.
Problem ini pun seharusnya mendapat perhatian serius dari pemerintah. Sebab, akan dibawa kemana nasib bangsa jika generasi penerus alami mental seperti ini?
Namun, lagi-lagi negara hanya berperan sebagai regulator. Dalam hal ini membuat kebijakan demi memuluskan kepentingan para korporat. Seharusnya dilakukan penyaringan bentuk tontonan yang bisa merusak mental, dan masa depan generasi.
Kondisi kehidupan dalam sistem sekuler sangat bertolak belakang dengan kehidupan sistem Islam.
Kehidupan masyarakat IsIam ditandai dengan adanya ketundukan pada syari'at. Hal ini diperkenalkan sedari dini, baik di rumah maupun sekolah.
Sehingga generasi paham akan jatidiri mereka. Yakni, kita semua adalah berasal dari Allah, hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah, dan akan dikembalikan kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan di dunia.
Rosulullah saw. bersabda:
"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya" (HR. Bukhari & Muslim).
Mulai dari lingkup keluarga hingga sekolah negara akan menjamin kesehatan mental generasi. Akidah IsIam akan senantiasa ditanamkan agar manusia bisa hidup sesuai fitrahnya.
Begitu pun pendidikan dalam sistem IsIam dibuat berlandaskan akidah IsIam. Kurikulum dibuat agar pelajar mampu berkontribusi untuk umat dan kemajuan negara bukan sekedar mentransfer ilmu.
Jadi, akar penyebab dari maraknya bunuh diri di kalangan generasi adalah tidak menjadikan agama sebagai pedoman dalam hidup.
Oleh karena itu fenomena ini akan berakhir jika mengembalikan syari'atNya ke tengah-tengah kehidupan. Karena Islam akan menjaga umat dari kerusakan dan akan menjaga nyawa warganya.
Wallahua'lam bishowaab.
*) Penulis adalah pegiat literasi tinggal di Kabupaten Karawang
Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim.