Peduli Sesama Umat Muslim adalah Kewajiban

241113163334-pedul.jpg

()

Oleh Yayat Rohayati

Sikap peduli terhadap sesama sering ditanamkan para orangtua kepada anak-anaknya. Bahkan di sekolah, anak-anak pun akan mendapatkan pelajaran tersebut dalam salah satu mata pelajaran.

Sebagai umat IsIam, sikap peduli terhadap sesama muslim adalah sebuah kewajiban. Baik itu yang berada di lingkungan tempat tinggal, satu kota, atau satu negara. Akan tetapi, peduli itu berlaku terhadap seluruh umat muslim yang ada di dunia.

Sikap peduli di sini berarti sikap perhatian terhadap kondisi seseorang, serta ada aksi tindakan penyelesaian terhadap persoalan yang dihadapi.

Sebagaimana fakta yang sedang menimpa saudara muslim kita di Gaza, Palestina. Selama setahun ini genosida yang membabi buta telah menghilangkan nyawa saudara kita sebanyak kurang lebih 43.000 jiwa. 70 persen diantaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Oleh karena itu sudah seharusnya kita merasakan apa yang mereka derita dan mengupayakan kebebasan bagi mereka.

Masih banyak problem yang dialami umat muslim di berbagai belahan bumi. Seperti, problem muslim Rohingnya yang sempat tenggelam karena pemberitaan Gaza dan problem-problem yang terjadi di negeri ini.

Sepanjang 2023 lalu, ada sekitar 1.600 pengungsi muslim Rohingya yang berlabuh di Aceh. Dalam keadaan ketakutan, berdesakan dalam kapal kecil mereka berharap kepedulian kaum muslim. Namun, yang mereka dapatkan pengusiran. Dengan klaim bahwa ada pihak yang menyelundupkan mereka ke Indonesia.

Mengutip dari Compas.com, 24 Oktober 2024, memberitakan ada sekitar 146 pengungsi muslim Rohingnya kembali terdampar di Indonesia, tepatnya di Deli Serdang, Sumatera Utara. Setelah berlayar selama 17 dari kamp pengungsian di Bangladesh.

Penolakan dari masyarakat sekitar kembali terjadi. Mereka beralasan khawatir jika nantinya etnis Rohingya akan membuat masalah bagi penduduk setempat.

Sungguh miris nasib muslim Rohingya, sudahlah di negerinya mendapat berbagai penindasan dan diusir, lari ke Bangladesh tak diakui, mau singgah di Indonesia ditolak dan diklaim yang negatif. Padahal mereka memilih Indonesia sebagai labuhan pengungsian, karena mereka berharap besar terhadap umat muslim yang merupakan mayoritas.

Bagaimana dengan negara-negara yang meneriakkan HAM? Mereka hanya bisa terdiam. Negara- negara IsIam yang tahu saudara muslimnya didizalimi tak bisa berbuat apa-apa, karena telah tersekat nasionalisme. Mereka beranggapan bahwa masalah muslim Rohingya ya masalah dalam negeri mereka, bukan urusan negeri yang lain.

Padahal, Rasulullah Saw. bersabda:

"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi diantara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)" (HR. Muslim).

Berdasarkan hadits di atas, kita harus menyadari bahwa penderitaan mereka adalah penderitaan kita juga. Mereka adalah bagian dari tubuh yang sama yaitu tubuh umat IsIam.

Tidak ada perbedaan antara muslim Indonesia, muslim Rohingya, muslim Gaza, muslim Amerika maupun muslim di belahan dunia yang lain. Karena yang telah menyatukan umat muslim adalah ikatan akidah. Ikatan yang jauh lebih kuat dibanding ikatan darah.

Kita bisa mencontoh kepada baginda Rasulullah Saw. ketika mempersatukan antara kaum Muhajirin dan Anshor. Kaum Anshor menolong orang-orang yang berhijrah dengan apapun yang mereka miliki. Mulai dari harta hingga wanita.

Tidak ada kebencian terhadap orang asing (meski seorang muslim). Karena kebencian dan ketidakpedulian sejatinya terlahir dari nasionalisme yang telah mengkotak-kotakan umat Islam.

Banyak cara untuk membantu mereka diantaranya dengan bantuan sosial-kemanusiaan, sampai memberikan tempat pengungsian sementara. Akan tetapi semua itu bersifat sementara, karena solusi tuntas untuk menyelesaikan problem ini sampai ke akarnya dibutuhkan adanya kepemimpinan Islam yang menyatukan seluruh umat IsIam dimanapun berada. Serta mampu menjadi Rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu a'lam bishowab.

Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim.

Komentar