Mendulang Pahala di Bulan yang Mulia

240316143440-mendu.jpg

(Foto: Istimewa)

Oleh Melinda Harumsah, S.E

Bulan ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia. Yang dimana bulan itu penuh dengan kemuliaan. Untuk memasuki bulan yang mulia ini, tentu kita harus punya persiapan yang matang.

Ada bekal yang paling utama yaitu ilmu. Yups, ilmu sebelum beramal.

Ramadhan itu ibarat Olimpiade ahli taqwa. Maka, tidak akan berhasil sebuah event tertinggi tersebut tanpa adanya warming up.

Oleh karenanya, perlu melakukan pemanasan dulu, sebelum datangnya musim ibadah yang bernama Ramadhan. Sebagaimana setiap detiknya adalah ibadah.

Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan "Shaum". Shaum secara bahasa bermakna imsak (menahan diri) dari makan, minum, berbicara, nikah dan berjalan.

Sedangkan secara istilah shaum bermakna menahan diri, dari segala pembatal, dengan tata cara yang khusus yang telah ditentukan.

Goals sebagai umat muslim, tentu menjadikan dirinya sebagai hamba Allah Ta'ala. Bukan menjadi Hamba Ramadhan.

Adakah diantara kita setelah Ramadhan berlalu, kebiasaan baik Ramadhanpun ikut berlalu?

Jangan beriman pada Ramadhan, tapi beriman kepada Allah SWT. Kenapa?

Kalau beriman kepada Ramadhan, jika Ramadhannya pergi, kita tinggalkan semua amal.

Akan tetap, jika kita beriman kepada Allah SWT. Ketika Ramadhan pergi. Maka, makin kuat amalnya.

Sebagaimana kita membutuhkan dan mengharapkan rahmat Allah SWT di bulan ramadhan. Bukankah kita juga tetap membutuhkan dan mengharapkan rahmat-Nya di bulan-bulan lainnya.

Mari berlomba, meraih keberkahan bulan ramadhan. Dengan memaksimalkan kesempatan yang kita punya saat ini.

Dengan mempersiapkan Ramadhanmu lebih produktif, bermanfaat, raih pahala berlipat yang membuat kita yakin tidak akan menyesal saat mengetahui bila ini Ramadhan terakhir kita.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183)

Jika Ramadhan tidak mampu menyemangati ibadahmu, lantas kapan?

"Wahai orang yang terus menerus dalam kerugiannya, sungguh telah datang hari-hari perdagangan yang menguntungkan (bulan ramadhan)

Barangsiapa yang tidak beruntung (tidak beramal shaleh) Dibulan ini, maka kapan lagi dia akan beruntung?

Setiap amalan kebaikan, yang dilakukan oleh manusia, akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan, yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat.

Nah, tunggu apalagi?

Jangan sampai kita menjadi Hamba Ramadhan!!
Puasa jalan, tapi shalat ditinggalkan. Hijrah jalan, tapi gibahin orang. Sedekah jalan, tapi dari cara yang tak halal. Semoga kita tidak termasuk yang demikian!

Bagaimana mungkin ibadah kita tenang, sedangkan kebutuhan pokok saat ini bikin tidak tenang dil uaran.

Alih-alih lonjakan harga kebutuhan, yang semakin meningkat, membuat fokus kita kepada materi.

Uang memang bukanlah segalanya. Namun, segalanya mudah dengan uang.

Momentum ramadhan yang dirindukan oleh mayoritas orang, diantaranya. Saat menyiapkan menu sahur dan berbuka puasa.

Ironisnya kenaikan harga kebutuhan pokok tidak hanya terjadi pada beras, tetapi juga merambah pada komuditas ayam hingga sayuran.

Kenaikan sejumlah bahan pokok dan kebutuhan lainnya ini jelas makin memberatkan rakyat atau masyarakat.

Padahal kunci untuk memperkuat pemulihan ekonomi yang selalu digembar-gemborkan ada pada stabilitas harga-harga.

Inilah buah penerapan sistem pemilik modal dengan "mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya".

Karena, semua itu dilakukan oleh negara untuk mensejahterakan rakyatnya.

Alih-alih sejahtera masyarakat kian dibuat sengsara tak berkesudahan.

Sedangkan, untuk membuat generasi bertakwa itu butuh habits masyarakat bertakwa. Jika hanya mengandalkan kesadaran individual ataupun keluarga, kita tidak akan mendapatkan generasi bertakwa,".

Penggambaran dalam Islam ketika mendidik anak-anak yang dididik oleh orang tuanya di.ulai dari akidah, keterkaitan mulai dari hukum syara, adab dan lain-lain.

Kemudian sekolah melanjutkan pendidikan yang sudah diberikan oleh orang tua dengan guru-guru yang paham Islam dan bertakwa.

Adapun lingkungan tempat tumbuh kembang anak dan interaksi anak-anak juga paham Islam.

Maka bulan ramadhan menjadi momen mendulang pahala jika didukung oleh semua pihak, pihak keluarga, sekolah, masyarakat dan peran negara.

Wa'llahualam

Penulis/Pewarta: Penulis Lepas
Editor: Ibnu
©2024 PRIANGANPOS.COM

Komentar