Srikandi Ekonomi Keluarga Antara Kebutuhan dan Lifestyle

Opini - Rabu, 17 Mei 2023

230517060739-srika.jpg

Foto: Istimewa

Oleh: Yuyun Suminah, A. Md*)

Kata srikandi sering disematkan kepada perempuan yang memiliki pribadi tangguh, berani dan sebagai pahlawan dalam kontek apapun, termasuk dalam sektor ekonomi, pemberdayaan ekonomi perempuan.

Gerakan pemberdayaan ekonomi perempuan gencar dilakukan demi mencetak srikandi-srikandi ekonomi keluarga tangguh.

Berbagai program pun diluncurkan baik skala pusat maupun daerah termasuk oleh pihak-pihak swasta.

Diantaranya kompetisi modal pintar 2023 yang diselenggarakan oleh PT. XL Axiata Tbk, pada tanggal 17 April 2023 telah berhasil menjaring 14 ribu UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
Diberbagai daerah.

Dari kompetisi tersebut terpilihlah 8 UMKM terbaik yang dikelolah oleh perempuan yang akan mendapatkan hadiah modal dengan total Rp. 200 juta.

Menurut Menteri KPPPA (Kementrian Pemberdayaan perempuan dan perlindungan Anak) Republik Indonesia, Bintang Puspayoga mengatakan.

“Perempuan yang berdaya secara ekonomi akan turut serta meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Perempuan yang berdaya juga akan turut serta memberikan nutrisi dan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya, serta meningkatkan kesejahteraan keluarga. Mereka pun akan mampu dalam meminimalisir kekerasan dalam rumah tangga, praktek-praktek eksploitasi anak, hingga perkawinan anak yang lekat dengan permasalahan kemiskinan. Pada jangka panjang, berdayanya perempuan akan meningkatkan pembangunan berkelanjutan.” (antaranews.com 17 April 2023)

Saat ini tak sedikit terjunnya perempuan ke sektor ekonomi selain dilatarbelangi oleh kebutuhan seperti membantu para suami dalam mencari nafkah.

Karena tak dipungkiri biaya hidup dalam sistem saat ini yaitu sistem kapitalisme sangat mahal.

Mahalanya biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, listrik, tempat tinggal, bahan pokok dan lainnya. Yang akhirnya para perempuan pun harus ikut turun tangan membantu ekonomi keluarga dengan istilah agar dapur bisa ngebul.

Sehingga tak ada pilihan selain terjunnya mereka demi mencukupi kebutuhan hidup.

Faktor lain banyaknya perempuan terjun ke sektor ekonomi karena tuntutan gaya hidup kapitalistik.

Sebagian perempuan ketika dia terjun kedunia bisnis segala keperluan diluar kebutuhannya akan gampang terpenuhi.

Dengan mudahnya mewujudkan keinginannya karena banyaknya cuan untuk memenuhi hasrat lifestylenya. Gaya hidup sosialita, bermewah-mewahan, konsumtif dan lainnya.

Seperti itulah gambaran perempuan yang ada di sistem saat ini yaitu kapitalisme sebuah sistem yang melahirkan aturan dari akal manusia, standar kebahagiannya pun dinilai berdasarkan materi.

Seberapa banyak materi yang didapatkan dari kerja keras perempuan maka kebahagian pun akan diraih. Benarkah seperti itu?

Terjunnya perempuan ke sektor ekonomi sejatinya merupakan gerakan mengekploitasi perempuan secara sistemis yang dilakukan oleh negara dalam sistem kapitalisme.

Peluang-peluang kerja diperentukan lebih banyak dari pada laki-laki, kemolekan tubuh perempuan pun tak lepas dari daya tarik tuk mencari keuntungan.

Padahal sekalipun bisa menggerakkan roda perekonomian keluarga, mobilisasi perempuan secara massif dalam sektor ekonomi menengah ke bawah tidak akan mampu mengentaskan kemiskinan masyarakat luas dan melejitkan pembangunan ekonomi negara.

Apalagi membangun negara yang kuat dan mandiri, memimpin peradaban dunia. Yang ada justru akan semakin menjadikan wanita terperosok pada lubang kesengsaraan.

Pasalnya, penyebab inti kemiskinan justru karena perampasan sumberdaya alam oleh perusahaan-perusahaan kapitalis Barat yang begitu subur dalam naungan sistem demokrasi kapitalisme. Seperti itulah gambaran kehidupan dalam sistem saat ini, sistem kapitalisme.

Beda sistem beda juga cara menyelesaikan masalah ekonomi, dalam Islam tak ada larangan seorang perempuan terjun ke dunia bisnis, selama tidak melanggar syariat.

Yaitu tidak melalikan kewajiban utamanya jika Ia sebagai seorang istri. Tidak dijadikan sebagai sumber nafkah keluarga.

Karena yang wajib memberikan nafkah sudah Allah tetapkan yaitu seorang laki-laki (suami). Dalam hal ini tak lepas dari peran negara yaitu pemerintah karena pemerintahlah yang bertanggungjawab mengurusi semua rakyatnya sesuai sabda Rasulullah yang artinya: "pemimpin adalah imam yang bertanggungjawab atas rakyatnya".( HR. Muslim)

Maka kebijakan yang dibuatnya pun akan disesuaikan dengan syariat Islam, peluang pekerjaan akan lebih banyak untuk laki-laki, perempuan hanya diperbolehkan sesuai kodratnya, misal guru, bidan dan profesi lainnya yang boleh isi oleh perempuan tentu dengan seperangkat aturan.

Maka srikandi perempuan dalam keluarga disesuikan dengan kodratnya yaitu sebagai ummu warobatul bait (pengurus rumah tangga dan pendidik anak-anaknya) tidak dibebani dengan urusan ekonomi keluarga.

Maka sudah seharusnya aturan kehidupan saat ini diganti dengan aturan yang langsung datang dari Sang Pencipta karena sistem Islam aturan merupakan rahmatanlil alamain (rahmat bagi seluruh alam) wallahua'lam.

*) Penulis adalah Seorang guru dan Pegiat literasi tinggal di Kabupaten Karawang

Penulis/Pewarta: Penulis Lepas
Editor: Ibnu
©PRIANGANPOS.COM 2023