Dimanakah Posisi Kita Ketika Saudara Muslim Palestina "Memanggil"?

(Foto: afsc.org)
Oleh Yayat Rohayati*
Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 7 Oktober 2023, kembali kita menyaksikan keberanian saudara-saudara muslim, khususnya HAMAS guna mengusir kaum Yahudi dari tanah Palestina.
Mereka kembali bergerak dalam rangka mempertahankan tanah suci, kiblat pertama umat Islam, negerinya para nabi.
Sebab, pendudukan kaum Yahudi atas Palestina selama berpuluh-puluh tahun tidak hanya mengakibatkan kematian warganya, akan tetapi telah menyisakan penderitaan yang berkepanjangan.
Serangan HAMAS yang tiba-tiba tentu memakan korban dipihak Yahudi. Alhasil, pembalasan brutal dan membabi buta pun dilakukan kaum Yahudi terhadap saudara muslim kita di Gaza, Palestina. Korban terus berjatuhan, bukan hanya para mujahidin tetapi anak-anak, wanita, warga sipil, tenaga medis dan juga jurnalis.
Dengan bantuan dan dukungan militer Barat, tentara Yahudi terus mengotori langit Gaza dengan gemuruh jet tempurnya. Jet tempur tersebut meluluhlantakkan rumah-rumah, gedung-gedung, juga jiwa-jiwa syuhada.
Menuju tiga pekan konflik ini berlangsung, kementerian kesehatan palestina mengabarkan, bahwa korban di Gaza mencapai 6.546 termasuk 2.704 anak-anak. Sedangkan di tepi Barat sekitar 103 korban termasuk 30 anak-anak dan 1 perempuan (CNBCindonesia.com, 25 Oktober 2023).
Tidak ada tempat aman bagi mereka di sana. Semua tak lepas dari rentetan tembakan dan ledakan bom.
Penderitaan mereka bertambah tatkala hancurnya fasilitas air bersih, pemadaman listrik, pemutusan hubungan internet, juga ketiadaan pasokan makanan oleh kaum Yahudi.
Blokade total jalur Gaza ini dilakukan kaum Yahudi sejak serangan HAMAS (7/10) lalu.
Menyaksikan beratnya penderitaan kaum muslim Palestina untuk kesekian kalinya Dimana posisi kita, saudaraku??
Rosullallah Saw bersabda:
"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh akan terjaga dan panas (ikut merasakan sakitnya)" (HR. Bukhari & Muslim)
Hadist ini menegaskan bahwa umat muslim itu bagaikan satu tubuh. Jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka bagian tubuh yang lain akan merasakannya.
Jadi, jika hari ini umat muslim di belahan bumi Palestina menderita karena dibantai dan dibombardir entitas Yahudi, seharusnya umat muslim dunia jangan hanya berdiam diri, memposisikan diri sebagai penonton.
Para pemimpin dunia yang memiliki kekuatan dan kekuasaan lebih memilih bungkam. Hanya sedikit dari mereka yang bersuara. Padahal Allah SWT telah jelas mengatakan dalam firmanNya:
"Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan" (TQS. Al-Anfal:72).
Do'a bersama dan penggalangan dana, banyak dilakukan umat muslim di dunia dalam rangka meringankan penderitaan mereka.
Namun itu tak bisa menjadi solusi tuntas. Sebab bantuan pangan dan lainnya hanya bersifat temporer. Yang mereka butuhkan adalah rasa aman yang sesungguhnya. Aman dari kebengisan tangan-tangan Yahudi dalam melancarkan misinya, merebut seutuhnya tanah Palestina.
Berbagai perundingan dilakukan PBB guna menghasilkan resolusi menentang entitas Yahudi, namun hanyalah ilusi. Semua tak memberikan keuntungan bagi Palestina, malah pencaplokan wilayah Palestina semakin leluasa.
Jika melihat catatan sejarah, dahulu Palestina pernah dikuasai 3 negara dan agama. Yakni negara Islam dibawah pimpinan para Khalifah, negara Kristen dengan pasukan salibnya, dan negara Yahudi yang dipelopori gerakan zionis.
Mereka hidup damai di bawah kepemimpinan Islam (khilafah) kurang lebih 1192 tahun.
Namun, kondisi tersebut berakhir ketika kekhilafan Utsmani kalah pada perang dunia II. Palestina pun diduduki Inggris sejak 1917 dan menjanjikan Yahudi untuk mendirikan entitas negara sampai sekarang.
Dari sejarah tersebut bisa kita simpulkan bahwa hanya dengan kepemimpinan Islam (khilafah), kedamaian dan keamanan itu akan terwujud kembali.
Oleh karena itu, selain do'a dan bantuan materi yang kita lakukan. Marilah kita terus dakwahkan ke tengah-tengah umat, bahwa adanya perisai (pelindung) dalam bingkai Daulah khilafah Islam tidak boleh tidak, wajib adanya.
Wallahu'alam bis showwab
Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim.