Belajar Iman dari Ketabahan Rakyat Gaza

(Foto: mei.edu)
Oleh Melinda Harumsah, S.E*
Bicara Gaza jangan bicara logika. Karena, itu tidak akan sampai. Atau bicara Gaza jangan bicara nasionalitas. Karena, itu tidak akan nyambung.
Ketika rakyat Gaza mengalami kehilangan keluarga, kelaparan, terluka, bahkan kehilangan masa depan. Mereka tidak takut apapun, kecuali hanya takut kepada Allah SWT.
Memang, logikanya, jika bicara Gaza, pasti sangat mengerikan, menyeramkan, tidak akan sanggup menolong dan peduli terhadap mereka, bahkan untuk tinggal di sana memperjuangkannya, tidak akan sanggup rasanya. Akan tetapi dibalik itu, rakyat Gaza sendiri yang merasakan banyak keberkahan.
Tahu kah sob? Kalau Allah SWT memberkahi tanah Gaza?
Yups, Palestina yang termasuk Syam adalah negeri yang diberkahi Allah SWT. Palestina Tanah yang diberkahi Allah SWT hingga akhir zaman, untuk hamba-hambaNya yang beriman.
Adapun tafsiran Q.S Al-Araf ayat 137. Allah SWT berfirman :
وَاَ وْرَثْنَا الْـقَوْمَ الَّذِيْنَ كَا نُوْا يُسْتَضْعَفُوْنَ مَشَا رِقَ الْاَ رْضِ وَمَغَا رِبَهَا الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَا ۗ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنٰى عَلٰى بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ ۙ بِمَا صَبَرُوْا ۗ وَدَمَّرْنَا مَا كَا نَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهٗ وَمَا كَا نُوْا يَعْرِشُوْنَ
"Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah mereka bangun."
Karena sejatinya, iman orang-orang Gaza, memang dibentuk dengan kualitas yang berbeda. Saat dunia bungkam dan tidak ada pilihan lain, selain melawan dan bertakwa. Mereka tidak takut terhadap apapun, kecuali takut kepada Allah SWT.
Saat beberapa reporter, mewawancarai anak-anak Gaza dengan pertanyaan.
"Apakah kamu tidak akan meninggalkan tanah airmu? Kalian tidak akan pergi, walaupun kalian lapar, bahkan kedinginan menyertaimu, tidak ada obat-obatan dan situasinya sangat sulit?
Kemudian anak-anak Rakyat Gaza menjawab dengan Keteguhan Iman yang kuat:
"Aku akan tetap teguh ditanahku. Saya dan anak-anak Palestina tidak akan pergi. Hingga tetes darah terakhir jiwaku. Sampai nafas terakhirku. Sampai tercekik dan mati. Maka, aku akan dikuburkan ditanahku. Terkubur dibawah tanaman rumah. Saya ingin tertanam di tanah Saya. Seperti ucapan dalam lagu (Darahku adalah Darah Palestina).
Dan aku, Darahku adalah Darah orang-orang Palestina. Karena sebesar itulah anak-anak Gaza mencintai Palestina.
Betapa besarnya keberkahan tanah yang Allah SWT ridhai, sampai istiqomah anak-anak memiliki keimanan tersebut.
Pada hakikatnya, mereka tidak akan pergi kemana-mana. Mereka tidak akan berharap kepada siapa-siapa. Mereka tidak akan kehilangan masa depan.
Justru, kita yang belum jelas hidupnya untuk apa.
Kita yang selalu saja berharap pada dunia. Menjilat setiap manusia mengemis harta. Kita yang selalu khawatir akan masa depan. Yang selalu menyalahkan luka dimasa lalu. Dan tidak benar-benar "hidup" dimasa kini.
Perlu kita garis bawahi, bahwa Palestina itu bukan barang jualan kasihan dan kesedihan.
Baitul Maqdis adalah cermin bagi seluruh ummat di dunia. Jika nampaknya ia terjajah, sejatinya dunialah yang belum merdeka.
Itulah mengapa kita selaku mendengar ada ucapan : "Aku gak bisa melakukan apa-apa" mental para budak dunia.
Ooo Dunia..
Jangan kau tangisi para Syuhada yang mati di medan jihad.
Tangisilah negrimu yang seorang ayah membunuh anaknya, mertua memperkosa mantunya, istri memutilasi suaminya. Pemimpin menipu rakyatnya. Rakyat bundir karena pinjaman onlinenya.
Jika bukan dengan belajar IMAN. Maka, dengan apa kita bisa memfilter kebatilan.
Iman itu ketenangan hati, kekuatan jiwa. Ketika fitnah merajalela dimana-mana. Maka, carilah di Syam. Ada hadits lain, bahwa Syam adalah benteng keimanan.
Tahu kah sob? Iman itu ibarat sebuah pohon yang diberkahi. Manfaatnya sangat besar, faedahnya sangat melimpah, serta buahnya begitu lebat. Iman memiliki tempat untuk ditanam dan mata air untuk mengairinya. Mata air yang mengairinya ialah wahyu dari Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.
Belajar IMAN dari KETABAHAN rakyat Gaza, menjadikan kita PeeR besar untuk melindungi dan peduli terdahap mereka.
Jika kita belum bisa berjihad ke negeri Palestina. Maka, dengan cara kita mengaji Islam secara kaffah, serta meneguhkan akidah Islam, merupakan bentuk peduli kita terhadap saudara kita di Palestina.
Ustad Felix Siauw pernah berkata bahwa, jihad itu ibarat puncak segala urusan. Ibarat rumah ia adalah atapnya. Andai rumah tak beratap, tentu saja ia tak mampu melindungi, apa saja yang ada didalamnya.
Begitu mulianya aktivitas ini. Allah berikan banyak sekali kebaikan didalamnya. Bahkan, mereka yang berjihad, Allah janjikan terbebas dari fitnah, masuk surga dalam kemuliaan.
Sebab, berjihad itu berat. Mulai dari persiapan, pengorbanan harta dan jiwa. Istiqomah didalamnya, hingga menjaga niatnya. Jihad itu mengerahkan segenap yang kita mampu. Semaksimalnya.
Maka, jihad itu bukan pelarian, bukan jalan pintas, bukan hasil putus asa dan depresi. Terutama, saat kita melihat saudara kita di Palestina, dan kita tak mampu berbuat apapun.
Memang terkadang lebih mudah, lari dari kenyataan ketimbang menghadapinya. Apalagi mereka jauh sama kita, beda negara, bukan keluarga, tidak terlihat setiap hari, bahkan kita tidak merasakan hal yang serupa sedikitpun.
Jangan sampai kita seperti itu. Artinya, dalam kondisi kita menyikapi yang terjadi di Palestina, memang sangat berat bagi kita untuk bersabar, tetap memberitakan, tetap membela, tetap mengikuti perkembangan yang terjadi di sana.
Akan lebih berat lagi, untuk membina dan mendidik ummat, dengan ilmu yang benar dalam rangka upaya membebaskan Baitul Maqdis. Sebab berat, maka insyaAllah ini bagian dari jihad.
Maka jalan mudah belum tentu baik, bisa jadi ketika itu berat, Allah memberikan pahala dan balasan yang lebih.
Tetap istiqomah, sampai baitul Maqdis merdeka. Wallahu'alam bishoab.
*) Penulis adalah Pegiat Literasi
Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim.