All Eyes On Raffah : Aksi koalisi kemanusiaan bela Palestina

(Foto : Penulis Lepas)
Oleh Melinda Harumsah, S.E*
Aksi bela Palestina dilakukan, oleh banyak negara di dunia. Baik itu dari umat Muslim maupun Nonmuslim.
Karena, pada dasarnya. Ketika kita bicara tentang Palestina, berarti bicara tentang kemanusiaan.
Sebagaiman jikalau kita mengingat point pancasila yang ke 2 yaitu tentang "Kemanusiaan yang adil dan beradab".
Dari perlakuan Zionis kepada Palestina, sama sekali jauh dari point pancasila ke 2 itu.
Lantas, apakah kita lebih baik diam, sajakah?
Tentu. Tidak.
Apalagi kita beragama Islam. Harusnya kita malu. Karena, yang menggelar demonstrasi diluar sana juga banyak dari orang-orang nonIslam.
Sekali lagi ini tentang humanity. Karena, sejak berlangsungnya Perang Hamas-Israel, warga sipil di Gaza telah menjadi korban tak bersalah.
Lantas, belum adanya solusi atau penyelesaian yang jelas, membuat masyarakat dunia ikut turun tangan.
Pada salah satu aksinya, mereka turun ke jalan guna menggelar demonstrasi mendukung Palestina.
Seperti, diolah dari beberapa sumber, Selasa (7/5/2024), ada beberapa negara yang melakukan aksi bela Palestina di sejumlah negara Eropa.
Diantaranya, ada negara Prancis. Seperti gelombang protes juga dilakukan oleh mahasiswa di Prancis.
Lalu, mengambil inspirasi dari gerakan protes di kampu-kampus Amerika. Sekitar 100 mahasiswa menggelar aksi bela Palestina di dekat Universitas Sorbonne.
Kemudian, ada negara Inggris. Warga Inggris pun berulang kali mengadakan aksi damai membela Palestina.
Hakikatnya, negara-negara adidaya yang terlibat saat ini tidak berbuat cukup. Inilah penyebab kami turun tangan untuk menyerukan gencatan senjata.
Seperti menyerukan hak-hak Palestina, perihal tentang hak untuk hidup, hak asasi manusia, semua hak kami. "Ucap seorang pengunjuk rasa Camille Revuelta seperti dikutip dari Reuters, Selasa (7/5/2024)
Kemudian, beralih ke Italia. Warganya berdemonstrasi guna mendukung rakyat Gaza dan mengutuk kejahatan rezim Zionis.
Berikutnya ada Jerman. Aksi terbesar tampaknya terjadi di kota Dusseldrof, dengan perkiraan 7.000 orang yang hadir.
Semangat mereka menggunakan semboyan "Demi perdamaian, keadilan dan martabat manusia di Palestina".
Lalu, ada negara Swedia, para demonstran berkumpul didepan parlemen Swedia di Stockholm, dengan memegang spanduk yang membuat pesan-pesan tajam seperti "Anak-anak dibunuh di Gaza", "Hentikan genosida", dan "Kemerdekaan untuk Palestina".
Begitupun juga dengan negara Belgia. Salah satu yang terbesar ketika melibatkan sekitar 50 asosiasi masyarakat sipil.
Dengan aksi tersebut ditujukan sebagai bentuk solidaritas terhadap masyarakat Gaza.
Dari banyaknya negara yang sudah turun tangan sebagai bentuk bela Palestina, baik di luar negri maupun dalam negeri (Indonesia).
Bisa kita simpulkan, bahwa masalah Palestina tidak kunjung selesai, yaitu lantaran tidak diselesaikan dengan cara yang benar.
Seperti aktivis nasional Ratu Erma Rachmayanti menilai. Bahwa berlarut-larutnya masalah Palestina dan tidak kunjung terselesaikan, ini karena umat Islam tidak melakukan solusi yang benar.
"Mengapa keburukan itu berlangsung begitu lama? Jawabannya karena masalah ini tidak diselesaikan dengan xara yang benar. Yaitu jihad fi sabilillah oleh tentara khilafah.
Artinya ini adalah gukun syarak yang ditetapkan Allah untuk melenyapkan kezaliman di muka bumi,"
Hal itu digambarkan oleh video bertajuk "Masallah Palestina dan Solusi Hakikinya" melalui kanal Muimah Media Hub, Ahad (30/6/2024)
Bahwasanya ia mengatakan, bahwa umat yang belum paham tentang kewajiban ini.
Agar umat paham, lanjutnya, wajib memahami beberapa hakikat tentang fakta Palestina agar bisa memberikan solusi yang benar.
1. Bahwa Palestina adalah negeri Islam, milik umat Islam.
2. Kemudian ia menerangkang, persoalan Palestina sesungguhnya adalah perampasan negara oleh musuh Islam.
3. Bahwa, konflik Palestina dengan Zionis Yahudi hakikatnya adalah konflik dengan para penjajah negara Barat karena negara-negara Barat yang melahirkan negara "Israel" dan men-support nya dengan senjata, dan lain-lain.
4. Lalu, keempat termasuk hal yang naif dan dangkal jika seseorang berfikir kalau negara Barat itu netral, tidak berpihak dalam menyelesaikan masalah Palestina," terangnya.
5. Dan yang ke lima, kalau kita melihat para penguasa negeri muslim, mereka itu adalah agen penjajah. Kalau tidak, tentunya mereka tidak akan setega itu membiarkan Palestina menjadi santapan empuk Zionis Yahudi", tuturnya.
6. Disambung ke enam, bahwa bantuan dari negara donor, baik dari negara penjajah maupun negara Arab, sesungguhnya itu adalah harga atau uang politik bagi kemajuan projek Barat dan hegemoni Zionis Yahudi di Palestina.
7. Fakta point Ketujuh, para penguasa negeri Arab sekitar Palestina, terbukti tidak mampu untuk mengenyahkan entitas Yahudi Zionis," ucapnya.
8. Dan yang terakhir, usulan tentang solusi Palestina yang selama ini dirundingkan berupa perdamaian, genjatan senjata, solusi dua negara, ataupun mengirim tentara dari berbagai negara untuk perdamaian, terbukti tidak menyelesaikan masalah karena sampai hari ini Zionis Yahudi masih bercokol di tanah Palestina.
Dengan fakta-fakta dan hakikat poin tadi, bisa kita garis bawahi.
Bahwa kunci untuk persoalan Palestina adalah dengan tegaknya Daulah Khilafah Islam yang memerintahkan tentaranya untuk membebaskan kezaliman dimanapun," tegasnya.
Akan tetapi, beliaupun mengingatkan. Bahwa tegaknya Khilafah bukan turun dari langit sebagai sebuah bantuan dari Allah SWT.
Bahwasanya, tegaknya Khilafah yaitu harus diperjuangkan dan itu menjadi kewajiban umat lslam.
Walahu'alambisshoab
*) Penulis adalah Tim Smart With Islam Chapter Klari
Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim.